Budaya (Seni dan Sastra)

Kolom Juara R. Ginting: UIS BATU JALA — Menanti Kanda Si Penjala Hati

"Tuesday, 14 March 2023"Article image of Kolom Juara R. Ginting: UIS BATU JALA — Menanti Kanda Si Penjala Hati

Kain yang diletakkan di atas tudung perempuan ini namanya uis batu jala. Bahan dasarnya sama dengan tudungnya yang bernama uis kelam-kelam, yaitu uis dagangen yang dicelup. Hanya saja, uis batu jala di bagian-bagin tertentu diikat dengan daun singkut (biasa dipakai bungkus Cimpa Unung-unung) untuk mendapatkan motif berwarna putih atau biru.

Motif berwarna putih atau biru itulah yang secara khusus disebut Batu Jala.

Istilah Batu Jala diberikan untuk menggambarkan kain itu sebagai jaring jala dengan pemberatnya dari batu atau timah. Diletakkan di atas tudung seorang perempuan menandakan perempuan itu masih gadis atau belum kawin.

Istilah Batu kita temukan juga dalam acara nurun-nurun (pemakaman) di mana diberikan uis kepada Kalimbubu dan Puang Kalimbubu. Kalau perempuan (seorang ibu) yang meninggal dunia maka uis julu diberikan kepada bapana atau turangna (Batang Unjuken), dan uis teba ke turang Singalo Perkempunna (maneh-maneh).

Kalau yang meninggal adalah pria (perbapan), tidak ada diberikan uis teba. Hanya uis julu ke mamana atau impalna (singalo ulu emas).

Saat memberikan uis itu, biasanya diikatkan (ipunjut) pula sejumlah uang ke salah satu ujung kain. Mereka sebut uang itu batuna.

Untuk memahami istilah batuna ini, perlu kita menoleh kembali ke uis batu jala. Kain yang manapun dalam konteks tertentu berperan sebagai jala yang membutuhkan sejumlah batu agar jaring-jaring jala bisa karam ke dasar sungai.

Semakin banyak jumlah uangnya, semakin kandas jalanya menangkap rejeki (pasu-pasu) dari Kalimbubu.

Sementara gadis ini, dengan batu jalanya, menanti kanda Si Penjala Hati.